ASI
Eksklusif
(6 bulan penuh makna)
Cerita ini sekedar
berbagi untuk para ibu yang bekerja yang ingin/sedang memberikan ASI eksklusif
untuk buah hatinya dengan waktu terbatas di rumah, dan jarak pekerjaan yg cukup
memakan waktu.
Saya
bukanlah ibu muda, setelah 8 tahun yang lalu melahirkan Allah memberi
kesempatan untuk hamil lagi. Tentu ini hal yang menggembirakan. Meski dengan
kehamilan di usia yang sudah cukup rawan (usia saya 35 tahun 7 bulan saat
melahirkan) namun saya tetap optimis. Pekerjaan yang berjibun pun tak
mengganggu kehamilan. Namun semakin mendekati kelahiran kelelahan kian terasa
mungkin karena harus naik turun bis tiap hari tentunya minus sabtu minggu
(kedua hari itu libur). Sampai hari terakhir saya masuk kerja sebelum cuti saya
tetap lembur. Alhamdulillah Allah memudahkan.
Memasuki
minggu ke 36 lahirlah buah hati saya. Lahir 3 minggu lebih awal dari HPL. Tepat
hari ketiga hari raya idul fitri 10 Agustus 2013. Meskipun tidak sesuai harapan
karena ingin melahirkan secara normal tapi akhirnya caesar saya tetap bersyukur
karena semua dimudahkan dari proses kelahiran sampai paska kelahiran tidak ada
masalah. Bahkan dokter sampai heran kenapa bisa sembuh secepat itu. Sekali lagi
saya sangat bersyukur. Diawal-awal kelahiran saya mengalami baby blues. Ini
cukup mengganggu. Akhirnya setelah 3 minggu saya kembali aktif dikegiatan
sosial, tapi saya masih menjalani cuti pekerjaan. Mendekati waktu kembali masuk
kerja saya mulai menyimpan ASI perah. Saya mulai menyadari kalau produksi ASI
tidak sederas waktu anak pertama. Ini membuat saya harus extra rajin menyimpan
ASI setetes demi setetes. Sayuran, makanan apapun yang membuat ASI lancar saya
lahap. Saya tidak mempedulikan lagi apakah badan saya membengkak atau tidak.
Hari
pertama masuk kerja barang bawaan bertambah cooler
bag dan botol kosong. Beberapa
botol ASI sudah tersedia dirumah untuk minum si kecil. Alhamdulillah hari
pertama sukses, dari kantor saya bisa membawa 3 botol ASI penuh, dan dirumah si
kecil tidak rewel. Awal yang menggembirakan. Hari ketiga masuk saya DL (dinas
luar kota) tentu dengan tentengan yang sama. Namun kali ini kesempatan memerah
ASI tidak semudah saat di kantor karena perjalanan serba terburu-buru dan
mengejar waktu. Akhirnya sekitar jam 16.00 baru bisa memerah itupun di sebuah
mushola dengan dengan ditutupi mukena. Yah ...keadaan darurat, mau mencari
tempat nyaman sudah terlanjur bengkak. Sampai rumah sudah jam 21.00, baby
ternyata masih menunggu kedatangan bundanya. Dengan cepat saya segera membersihkan
diri, kemudian siap meyambut si kecil dengan pelukan hangat. Karena sudah siap baby
langsung menyusu dengan lahap dan yang sebelah saya tampung, jadilah saya dapat
dua keuntungan sekaligus. Baby kenyang ASI pun bisa ditampung. Untuk menyiasati
waktu yang kadang harus terlambat pulang, maka saya benar-benar memanfaatkan
waktu memerah ASI dan penyimpanannya, meski yang keluar hanya sedikit tapi
tetap saya tampung, sedikit demi sedikit lama-lama terkumpul juga. Tentu peran
teman-teman dan atasan dikantor yang mensuport saya menambah semangat dan
lancarnya proses pemberian ASI eksklusif ini.
Bulan
keempat ada tugas dari kantor untuk magang di Semarang selama 2 minggu. Tentunya
saya tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan dengan meninggalkan baby di rumah. Alhasil
saya memboyong baby pindahan ke Semarang. Beruntung di Semarang ada adik yg
siap membantu, jadi tidak harus menginap di hotel. Untungnya selama itu baby
tidak rewel dan cepat menyesuaikan dengan lingkungan. Memang sedikit melelahkan
tapi puas karena tetap terus bisa memberikan yang terbaik buat buah hati.
Apakah
dengan memiliki baby saya meninggalkan aktivitas pribadi? Tentunya tidak, saya
tetap meluangkan waktu untuk diri saya sendiri (me time). saya bersama
teman-teman bepergian, out bound, sekedar nge-mall dll. Dengan catatan saya
bisa mengatur waktu dengan tepat. Bukan berarti kurang perhatian, justru untuk
merefresh otak yang kadang mengalami kompleks terdesak. Yang jelas kompak dalam
keluarga. Suami juga tahu betul psikologis ibu menyusui yang bekerja, sehingga
memberi kesempatan pada saya untuk 'bersenang-senang'.
Anak yang besar (usia 8 tahun) pun saya libatkan dalam mengurus si baby. Sehingga
terjalin saling bantu membantu agar semua berjalan sesuai rencana. Saat
dirumah, saya akan memberikan perhatian full untuk baby. Memasak merupakan
favorit anak yang besar, meskipun anak laki-laki tetapi hobby memasak. Sehingga
kami suka memanfaatkan waktu untuk memasak bersama. Kadang kami
jalan-jalan bersama. Ke rumah eyang, teman atau piknik ketempat yang udaranya
segar.
Hari ini
baby sudah berumur 6 bulan. Sudah saatnya MPASI, dan saya bersyukur karena saya
lulus dalam memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan penuh. Saya beryukur
meskipun bekerja sehari penuh, dan jarak pekerjaan di luar kota (saya tinggal
di yogya dan bekerja di magelang) membutuhkan waktu satu jam lebih saya tetap
bisa memberikan ASI ekslusif yang belum tentu semua ibu bisa dan diberi
kesempatan untuk melakukannya.
Ada
beberapa tips yang mungkin bisa diterapkan ketika ingin sukses dalam memberikan
ASI eksklusif, ala saya:
a. dari awal sudah meniatkan diri untuk memberikan ASI eksklusif
(semangat awal sebagai pelecut)
b.
makan tepat waktu, banyak minum dan jangan takut gemuk
(dengan memberikan ASI membuat tubuh kembali seperti semula)
c.
berfikir positif dan tenang (tidak kemrungsung)
d.
hindari stress, stress akan
menghambat produksi ASI
e.
me time, sediakan waktu untuk memanjakan diri sendiri agar tubuh
dan fikiran kembali segar
f.
ada kerjasama yang baik dengan keluarga dan lingkungan
g. manajemen waktu, pandai-pandailah mengatur waktu untuk
memaksimalkan pemberian ASI secara langsung
h.
akhirnya komitmen kitalah yang menentukan kelancaran pemberian ASI
eksklusif.
Demikian
sedikit cerita saya semoga berguna bagi teman-teman yang ingin atau sedang menjalankan
program ASI eksklusif. Tentunya masing-masing orang punya cara sendiri. Sebaik
apapun susu formula tetap tidak bisa menyamai ASI. Mari manfaatkan waktu kita
selagi ada kesempatan. Jangan menyesal dikemudian hari….