Thursday, December 22, 2016

Sayur Daun Kelor? Hmmm..segerrrrr

Tetiba saya rindu dengan masakan yang satu ini. Bukan masakan mewah yang mahal harganya dengan rasa yang selangit. Bukan pula masakan yang mudah di dapat di warung-warung pinggir jalan. Tapi masakan ini selalu punya rasa tersendiri dan cita rasa tersendiri. Dan bahkan bagi sebagian orang mungkin asing dengan masakan ini. wah..wah..mulai penasaran ya? Baiklah, sebelum saya menunjukkan masakan apa sebenarnya, saya akan sedikit bercerita tentang darimana saya mengenal masakan ini.

Ibu. Ya...saya mengenal masakan ini saat saya masih kecil dari ibu saya. Dimana masakan ini dulu hanya ibu yang sering memakannya karena anak-anaknya merasa aneh, apa enaknya daun ini di masak. Dan kalau pun mencoba pasti dalam jumlah sedikit, karena selalu tergoda masakan lain yang lebih yummi menurut lidahku waktu itu. Bertahun-tahun kemudian, saat saya sudah berumah tangga. Saya temukan lagi daun ini di halaman depan rumah suami. Bertahun-tahun lamanya saya hanya memangkas tanaman ini tanpa tergoda untuk mencoba memasaknya. Sampai akhirnya saya membaca artikel tentang manfaat daun ini buat kesehatan. Ingatanku melayang pada puluhan tahun silam, saat Ibuku sering memasak daun ini. Saya baru tahu, ooooo...begitulah ibu. Orang desa yang kaya akan ilmu. Kenapa Beliau dulu rutin mengkonsumsi sayur ini.

Akhirnya saya pun mencoba memasak daun ini. cukup sederhana, saya menyebutnya "sayur bening daun kelor". Yuuup...daun yang saya maksud adalah daun kelor. Lengkap dengan sambal terasi dan Teri goreng tepung. Hmmm...nikmatnya. Dan eloknya, anak-anak pun sukaaa sekali ma sayur ini. Paling tidak dua minggu sekali saya memasak sayur ini, tentu tidak semata-mata daun kelor saja. Kadang saya padu dengan daun katuk atau daun bayam. kadang di masak sayur bening, terkadang di bumbu asam. Ah....sama-sama segarnya.


Dan kesukaan pada sayur ini bukan hanya milik saya dan keuarga. Teman kuliah saya di Malang pun ada yang sama-sama menyukainya. Kami kadang tertawa saat ingat kami dipertemukan di Kota ini untuk saling mengenal kesukaan masing-masing. Ah...sederhananya, karena sayur kelor membuat kita bisa tertawa.  Dengan saling berbagi resep ala kami masing-masing.
Hari ini, masih di kost di Kota Malang ini. Kerinduan untuk menyantap menu sayur bening daun kelor kembali menyeruak. Ah, tentunya muskil untuk mendapatkan menu ini di warung-warung atau pun di rumah makan/restoran. Akan tetapi untuk membunuh rindu ini, saya akan berbagi resep dengan kalian. Resep sayur bening daun kelor.

Sayur Bening Daun Kelor

Bahan
Daun kelor
Daun Kelor satu genggam/sesuai selera   
Daun Katuk/Bayam
Air kurang lebih 1 lt

Bumbu
Bawang Merah diris tipis secukupnya
Bawang Putih diriris/digeprek secukupnya
Daun Salam 2 lb
Garam secukupnya

Cara Mambuat
Didihkan air bersama bumbu (kecuali garam), masukkan daun kelor dan daun katuk bersama-sama. setelah setengah matang baru masukkan daun bayam. Setelah semua matang angkat dan taburi garam sesuai dengan selera. Bila suka bisa bubuhkan Bawang merah goreng.
untuk pelengkap sajikan dengan sambal terasi dan teri goreng tepung dan nasi.
Taraaaa...siap di santap di cuaca yang terik.


Thursday, November 24, 2016

"GLEDHEGAN"



Yuuuuuk...daripada ngedumel dengan pemberitaan yang makin gak jelas bener salahnya, kita sejenak menengok masa lalu. Hal yang menyenangkan yang sedikit bisa membuat kita tersenyum tanpa sarat.
Masa tanpa beban masa kanak-kanak, masa anak-anak. Yang sering diingat sih yang menyenangkan Pastinya. Plus permainan-permainan yang sekarang semakin jarang ditemui. Bagi sebagian orang mungkin menganggapnya kuno. But, bagiku permainan ini teramat sangat menarik.
Hmmm....permainan tradisional banyak juga yang menuntut ketangkasan dan kerjasama juga lho.  Asyiknya lagi bisa dilakukan bersama teman-teman. ini nih salah satunya...



G-l-e-d-h-e-g-a-n ......Gledhegan, yups permainan yang bahkan dikampungku sendiri sekarang teramat jarang ditemui. Dan beruntungnya aku, anakku sampai detik ini masih bisa memainkan permainan yang semakin langka ini. Beruntung lagi karena aku mempunyai kakak yang masih mau membuatkan mainan ini buat anak-anak kami. pasti kalian bertanya-tanya, seperti apa ya gledegan itu. He...he...bolehlah di disebut sepeda kayu, atau sepeda bambu atau apalah sebutan di tempat lain.

Gledhegan ini merupakan kendaraan yang terbuat dari komposisi bambu dan kayu. kerangkanya dibuat dari bambu, tempat duduknya bisa dari kayu bisa bambu, dan rodanya terbuat dari batang pohon kelapa yang di potong menyerupai roda. kemudian dirakit membentuk kendaraan siap pakai. kalau masih penasaran lihat di foto yang aku posting ya....

Apa sih menariknya mainan ini.

  1. mainan ini membutuhkan ketangkasan bagi pengendaranya, karena akan lebih mengasyikkan di mainkan di jalan turunan, hal ini karena tidak ada pedal untuk mengayuhnya
  2. mainan  ini mebutuhkan kerjasama, karena jika dimainkan ditempat yang datar maka salah satu anak harus mendorongnya agar mainan ini bisa berjalan, alih-alih menggesekkan dengan kaki kan enak kerjasama bukan?
  3. mainan ini memerlukan kerja keras, karena biasanya anak yang sudah SD akan belajar membuatnya sendiri, sehingga mereka dituntut harus kreatif
  4. mainan  ini membuat anak belajar sabar, bagaimana tidak? untuk membuat sebuah gledegan dibutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga anak-anak harus menunggu 
  5. mainan  ini murah meriah, hihi.....biasanya sih bikinnya sisa-sisa dari orang tebang pohon kelapa, itu ujung batang gak kepake boleh diminta gratis kok
  6. mainan  ini gak mandang gender lho, boleh buat anak laki maupun perempuan. he...he...he (soalnya dulu aku juga suka banget) 

Nah udah paham kan mainan ini. seperti apa tampilan GLEDHEGAN. Tapi aku yakin, gak semua dari kalian tahu mainan ini. So, aku sih cuma mau nunjukin betapa beragamnya mainan tradisional yang sepertinya sama menariknya dengan permainan anak zaman sekarang (baca: modern). Bisalah untuk sejenak beralih ke permainan tradisional, merasakan sensasi yang berbeda, disaat gadget belum benar-benar menenggelamkan permainan tradisional (ah mungkin ini hanya ketakutan sesaat).

So...ayo ceritakan mana permainan tradisional yang sering kalian mainkan dulu?

Monday, September 26, 2016

Bijak dalam ber "televisi"

Dewasa ini tayangan TV menjadi sebuah 'kebutuhan' bagi sebagian besar masyarakat. Baik tua muda maupun anak-anak. Stasiun TV berlomba-lomba menampilkan acara dengan berbagai nuansa dan segmen pasar. Ada sinetron remaja yang membidik penonton remaja, tayangan reality show, idola-idolaan, tidak hanya idola muda sekarang pun ada tayangan yang digemari generasi tahun 80an seperti tayangan hiburan lagu-lagu kenangan. Anak-anak pun tak luput dari sasaran produsen agar menajdi penggemar setia TV bahkan sekarang ada yang mengklaim bahwa tontonan tertentu bagus untuk perkembangan balita, tapi benarkah kita sebagai penikmat TV sudah cerdas untuk melihat tontonan TV, ataukah kita sudah tepat memberikan waktu buat anak-anak untuk bebas menonton tanpa pengawasan dari orang tua?
Kalau pikir perlulah kita sebagai orang tua harus cerdas untuk memberikan tontonan yang tepat buat anak-anak kita. banyaknya program-program TV yang kurang berpihak buat anak yang membuat kita harus lebih hati-hati dalam memberikan kebebasan bagi anak-anak. sudah saatnya kita selektif dalam memilih acara maupun menentukan waktu kapan yang tepat untuk menonton acara tersebut. Lalu bagaimana kita sebagai orang tua bisa menjadi filter buat anak-anak dalam menentukan tontonan di TV?

Pentingnya membuat kesepakatan waktu dengan anak kapan harus menonton
Suatu ketika mungkin kita terlena dengan batasan waktu dalam menonton. Dengan alasan agar anak tidak rewel TV lah yang kita jadikan pengasuh ideal buat  mereka. Akhirnya anak menjadi tergantung dengan tontonan yang ada TV. So sudah saatnya orang tua memberikan batasan waktu buat mereka. ada baiknya untuk anak balita tidak terlalu sering diajak nonton TV (terkadang malah dihibur dengan tontonan sinetron kesenangan ortunya). jika sejak kecil mereka tidak dibiasakan, dengan sendirinya mereka akan menyesuaikan diri. atau bagi mereka yang sudah bersekolah (semisal SD) buat kesepakatan yang jelas kapan waktu menonton, tentunya yang tidak merugikan waktu belajar anak. INGAT dalam hal ini ortu masih punya otoritas untuk melarang anak-anak jika si anak sudah melebihi batas waktu kesepakatan. Misal dalam sehari menonton hanya selama 2-3 jam hari libur bebas asal tontonan yang sesuai dengan usianya. Beberapa yang lain membuat aturan Senin-Kamis libur total dengan tayangan TV, tapi memberi kesempatan pada hari Jumat-Minggu dan hari libur lainnya.

Orang tua itu model buat anak-anaknya, lho!
Hmmm....saat anak-anak sudah patuh dengan aturan jangan sampai justru orang tua yang melanggarnya. anak-anak sekarang adalah anak-anak yang kritis. Jangan sampai sebagai orangtua kita malah yang 'ditegur' anak berkaitan dengan kesepakatan yang telah dibuat. Disaat anak-anak disuruh belajar ada baiknya kalau kita menemani belajar, bukan malah ditinggal melihat tayangan TV dengan alasan "tanggung, acara lagi seru-serunya" alhasil anak hanya akan melihat tidak konsistennya orang tuanya. Dan bisa mungkin itu akan dijadikan senjata dia disaat si anak melanggar kesepakatan

Selektif dalam memilih program acara
Kalau acara tersebut memang harus dengan bimbingan orang tua (BO) yaa...selayaknya kita mendampinginya. Tidak ada salahnya orangtua belajar lagi mana tayangan yang sesuai umur dan yang bukan. Misal, meskipun tayangan itu bentuknya kartun, akan tetapi tidak semua kartun dibuat untuk usia anak-anak. Disitu biasanya akan tertulis untuk usia berapa. Sebagai contoh tayangan kartun Crayon Sinchan diberikan untuk usia 13 tahun ke atas yaa...ya kasih tahu anak untuk melihat tayangan lainnya yang pas buat mereka. Beberapa acara TV sudah cukup bersahabat buat anak-anak semisal si Bolang. Sementara sebagian besar dari kita beranggapan film kartun ya buat anak-anak.

Luangkan waktu melihat tayangan TV bersama keluarga
Lebih asyik lagi kalau kita bisa melihat peogram acara yang sifatnya umum bisa ditonton semua umur. Misalnya program olahraga, sejarah, petualangan ataupun film anak-anak dll. Disamping untuk mengakrabkan masing-masing anggota keluarga bisa menjadi ajang tanya jawab anak dengan ortu. Ortu bisa sekalian menjelaskan hal-hal yang anak-anak belum paham, atau sebaliknya anak-anak mampu menunjukkkan kemampuan mengambil makna sebuah tontonan kepada aorang tuanya. Sehingga ortu jadi tahu respon anak terhadap sebuah tayangan.

Jadikan TV sebagai media pembelajaran yang tepat 
Beberapa program TV mengajarkan hal-hal baru yang terkadang anak belum mengetahui di dunia realita. Misalnya seperti tayangan tentang petualangan, orang tua bisa mengajak anak menjadikan program tersebut untuk mengenalkan anak suatu tempat, dan saat ada waktu direalisasikan dalam pengalaman yang sebenarnya. Misalnya tayangan tentang pengenalan pantai disuatu tempat, bolehlah orang tua kemudian mengajak anak-anak ke lokasi yang sesungguhnya.

Kenalkan hal-hal lain yang menarik selain TV
Untuk mengurangi ketergantungan anak pada TV ada baiknya orang tua mengenalkan kegiatan lainnya. Misalnya mengenalkan permainan tradisional pada anak, mengajak berolahraga bersama meski cuma dihalaman rumah, sediakan buku-buku yang bagus, atau ajak anak dengan kegiatan baru yang menyenangkan. boleh dicoba seperti camping, hiking, mengunjungi panti asuhan, panti jompo atau sekedar melihat kereta lewat. Dan masih banyak lagi alternatif lain selain tontonan TV.

Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya hanya duduk manis didepan TV. Yang diinginkan pasti anak yang ceria dengan segala pengalaman dan pengetahuan sesuai dengan kapasitas anak-anak. Sudah waktunya kita tidak menutup mata dengan pandai-pandai menyeleksi tontonan buat anak dan gunakan waktu seefektif mungkin untuk perkembangan anak. Bijklah dalam menentukan tontonan pada anak dan pilihlah waktu yang tepat sehingga ank tidak kehilangan masa-masa keemasan mereka. Biarkan mereka berkembang sesuai dengan usianya.

Mancing merupakan satu pilihan yang cukup menyenangkan...kan?                      
                                                     Sebait lagu pun bisa membuat anak-anak ceria, gembira bersama dan selalu kompak dengan saudara. Benarkan....?

Sunday, May 29, 2016

Biarkan mereka berkembang sesuai dengan usianya...

Aku menulis ini dengan derai air mata, merasakan betapa rindunya aku pada buah hatiku yang nun jauh ku tinggal di sana. Di kota tercintaku, Yogyakarta. Yang kutinggalkan demi sejumput asa, di kota yang tak lagi dingin, Malang. Si kecilku yang saat ini tengah berusia 2 tahun 10 bulan, tengah menggemaskan selau menggelitik dengan celoteh khasnya. Dengan bahasa Jawa campur bahasa Indonesia kadang diselingi dengan sekelumit bahasa inggris dalam tutur katanya. Dalam setiap telfonnya selalu tak lupa menyelipkan kata "ayo..jemput Bunda". atau saat menyadari bahwa bundanya takkan pulang pada malam itu, dia akan berkata dengan bahasa yg khas ".Fikey antuk, Bunda pulang sendiri.". Ah ..rindu mendayu yang tak kuasa ku rayu.

Di usianya yang sedang membangun kisah cerita, menunggu dengan haru setiap detik waktu yang tak mau tahu. Dengan polosnya berbicara "Mas Bintang sekolah (kakaknya), Fikey sekolah (dia menyebut dirinya), Bunda juga sekolah...." Sontak jiwaku terpana, hatiku terjerembab, begitu polos dan penuh maknanya. Celoteh si buah hati yang dituntut untuk mandiri tanpa disadari sebelum usianya terbentuk. Berangkat tidur tanpa disuruh, gosok gigi meski kadang dengan sedikit rengutannya, mandi jika sudah merasa gerah dan minta makan dikala lapar tanpa ada rengekan. Ah..rinduku di pucuk pinus semakin memberangus.

Banyak moment yang terlewatkan, yang hanya ku dengar lewat cerita. Puluhan buku telah dia lalap habis sekedar dibuka-buka, dikomentari, dibacakan sampai tidak berbentuk. Bagaimana dengan asyiknya dia nongkrong di rak buku paling atas tanpa ada orang tahu bagaimana dia bisa sampai di rak tertinggi, sampai-sampai kakaknya teriak ketakutan melihat aksi Fikey yang tanpa takut asyik membuka buku. Kadang satu persatu buku dilempar ke lantai sambil tertawa, mendengar debugan buku yang keras dengan suara yang berbeda tergantung tebal tipisnya buku. Atau sekali waktu dia akan mengeluarkan seluruh koleksi buku, dan tertawa melihat buku (novel) yang tidak bergambar. Bagi Fikey buku yang tak bergambar dianggap sangat lucu. Aneh....kenapa buku tidak ada gambarnya. Atau sekali waktu karena belum bisa baca dia akan meminta dibacakan buku dengan bahasa jawa yang medok "Mas...bacake to..dedek ora iso je.."

Hal lainnya, Fikey suka sekali hal yang berhubungan dengan ikan. baik gambar ikan, menggambar ikan, makan ikan ataupun mancing ikan. Kesukaannya itu sering sekali di jadikan agenda merajuk, jika bosan dengan makanan yang disediakan (ah..maaf Nak, andai aku bisa selalu menemanimu). Mancing. Dia akan mengajak mancing di kolam belakang rumah, ikan sesuai requestnya, kadan "iwak cilik-cilik" atau kadang "gerameh gede". So far, permintaannya tidak ada yang aneh-aneh.

Berkaitan dengan menggambar ikan, tidak cukup lembaran buku dia jadikan media, tembok, lantai atau tempat kososng yang bisa dijadikan media pun tak kan lepas dari aksi corat-coretnya. Karena sejak bayi sudah sering ku ajak ke PAUD maka Fikey pun akhirnya masuk jadi anak didik di sana. But, meski seminggu masuk 3x, tak jarang dia hanya masuk sekali dalam seminggu, dengan alasan "dedek antuk, mau bobok" atau "dedek mau belajar di rumah" haha...benar-benar masih anak-anak. dan, it's oke tak ada yang melarang. begitulah anak-anak.

Fikey, Bintang
tetap jadi permata bagiku, bila kadang waktu terpisah oleh jarak, cinta tetap mempersatukan, hati tetap bicara, dan itu hanya sementara.


Banyak orang memandang betapa mandirinya, betapa lucunya, betapa tidak rewelnya. Ah....dia tetap anak-anak, yang akan menangis bila hatinya teriris, yang akan tergugu bila merasa sendu, yang akan terluka bila merana. Namun...dia akan terbahak bila Bundanya datang. Dia akan girang bila mendapat kasih sayang. Bila ingin menangis, biarkan menangis, bila ingin tertawa biarkan tertawa, bila ingin merajuk beri sedikit kelonggaran biar bisa bermanja, itulah anak-anak. Biarkan mereka berkembang sesuai dengan usinya.....

Hari ini aku menulis, aku merindu, aku terharu. Terima kasih untuk selalu menunggu tanpa jemu, menerima dengan lapang dada setiap keadaan, menawarkan semangat tiada tara, tanpa harus kehilangan masa kanak-kanakmu. Tetap berkembang sesuai dengan usia...

(Malang, 23.45, 29 Mei 2016)

Friday, May 27, 2016

D E A R





Dear...
Setiap malam mulai mendekap diriku, tak pernah aku berhenti dikejar dirimu dalam alam fantasiku. Sungguh... aku tak tahu mengapa mimpi itu selalu mendera diriku, sepertinya aku berjalan diatas mimpi yang tak pernah aku tahu apa penyebabnya. Kadang, aku begitu merindukan bayangmu, kadang aku membencinya, kadang aku merasa terganggu, kadang pula aku merasa tertolong oleh fantasi itu. Aku tak sempat lagi mendefinisikan apa dan bagaimana bisa terjadi, semua mengalir begitu saja. Seakan tak pernah memberi kesempatan padaku untuk berfikir. Apa sebenarnya yang Tuhan kehendaki, sedang bercandakah Tuhan dengan aku, atau sedang iseng, ataukah Tuhan sentimen dengan aku. Ah...sungguh maha rahasia Tuhan itu.

Dear...
Pernah, engkau yang hadir dalam mimpi-mimpi itu menghadirkan asa, pernah juga dia memberikan peringatan, dan kadang bercerita tentang sesuatu yang tak pernah ku mengerti. Senyum santunmu pun kadang mengganggu ketegaranku. Aku juga tak pernah tahu mengapa angkau seperti sanggup membawa aku meniti hari-hari yang nampak gelap didepanku. Seakan engkau membuka jalan, memberikan sinar yang sanggup menjadi lilin dalam kegelapan.

Dear....
Aku ingin tahu, pernahkah dia yang datang dalam alam fantasiku memimpikan hal yang sama? Sungguh aku ingin tahu.

Dear...
Aku tak tahu apakah malam ini engkau akan hadir kembali dalam alam fantasiku atau tidak. Yang jelas kehadiranmu cukup membuat aku semakin jauh terseret dalam alam fatamorgana. Tragis memang. Tapi aku tak tahu lagi bagaimana diri ini harus melangkah. Melewati lorong panjang yang penuh misteri. Engkau seperti membayangi setiap langkahku, dan aku dipaksa untuk melewatinya. Pernahkah engkau berfikir bahwa itu teramat mempengaruhi alam fikiranku? Sengajakah engkau melakukan ini. Ironis...

Dear....
Apa sebenarnya yang kau mau dari aku? Sebuah kejujurankah ataukah sebuah kemunafikan. Malam ini engkau datang, kemarin engkau muncul, dulupun kau muncul akankah lusa engkau muncul juga? Apakah kau akan hanya membuai aku dalam setiap mimpi yang tak pernah kutahu apa penyebabnya.

Dear...
Mengapa engkau hanya berani muncul dalam setiap lelapku, tak beranikah kau muncul dalam sinar matahari yang terang, atau kau (malu) enggan mengakuinya. Sebegitu pengecutnyakah engkau, sehingga engkau sembunyikan dirimu dalam pekatnya malam. Atau sengajakah engkau menutupi kata hatimu yang tak pernah berani mengakui sebuah kejujuran hati nurani. Begitu teganya engkau menyiksa aku dan begitu tak berperasaannnya engkau pada dirimu sendiri.

Dear...
Aku benar-benar gila dengan keadaan ini. Aku nggak tahu apa yang terjadi, yang jelas mimpi itu hadir seperti dikendalikan. Irrasional tapi memang ada. Gila tapi kenyataan. Aneh. Seaneh orang-orang yang berada didekatku yang selalu mengajak aku berfikir menatap masa depan dan mengusik masa lalu.

Dear....
Tunjukkan dirimu dalam alam nyata bukan hanya mimpi.

Dear....
Berjuta-juta kata yang kembali kutulis mewakili kegagalanku menyapa mimpiku. Mimpi yang tak kutahu apa makna yang terkandung didalamnya. Mimpi yang telah mengkristal menjadi untaian nada yang menemani setiap lelapku. Duh...engkau yang selalu berfantasi dalam lukisan tanpa lorong, sempurnakanlah impian itu dalam realitamu.

Dear....
Nada-nada sumbang mewakili jeritan hatiku, yang mengadu dengan gemas dan mengeluh tanpa santun. Kadang aku tergoda untuk turun meramaikan alam fantasi itu sendiri, tapi sanggupkah aku berjalan dengan pongah dan angkuh. Sedangkan yang menyapaku dalam lelap lebih angkuh dan sombong.apakah ini benar-benar mimpi yang tak bermakna? Ataukah sinopsis dari sebuah kehidupan yang terkubur dalam dimensi yang lain. Ataukah seuntai sinar yang tak sengaja turun menyapa aku. Begitu indahnya rahasia kehidupan ini.

Dear....
Pernah kunikmati mimpi ini sebagai katarsis dari ketidakmampuan dan kuyakini sebagai petunjuk tanpa pesan. Aneh memang. Begitu kerdilnyakah aku sehingga terbuai sesuatu yang penuh teka-teki. Sering juga kuanggap mimpi ini sebagai balasan kasih Tuhan pada diriku. Dan aku yakin inilah keagungan Tuhan yang tak ada duanya.

Dear...
Inilah mimpi kita. Mimpi yang memepertemukan kita dalam dimensi yang lain setelah kita bertemu dalam dimensi lelap. Kau ada karena mimpi dan mimpi ada karena engkau.

Dear...

(selayang th 2000, Yogya)

Tuesday, May 24, 2016

Celoteh Senja

Bila senja dalam temaram petang tlah tiba
Berurai air mata camar yang melayang tak tentu arah
Kilatan cahaya berbalik melesat selaksa auriga malam
Tercabik, terkoyak, terhentak, terperanjat dan terkapar tak berdaya,
Bila malam tiba tak disambut bulan merona
Bintang pun enggan berdamai dengan mega yang melayang
Biar saja hujan datang menemani luka
Biar saja hujan beramai dengan tanah yang tak lagi basah
Bila sajar fajar menyambut dengan suka dan tertawa
Embun pagi akan tertawa dan tertawa ceria
Bila saja pagi merekah mentari ronanya
Murai pagi bersiul-siul nan gembira
          Selalu
          Setiap waktu
          Sepanjang masa
          Selaksa asa
          Matahari tak pernah ingkar janji
          Seperti matahari hati menanti
          Seperti fajar hasrat berharap
          Seperti malam jiwa meratap
          Sampai nanti
          Di penghujung rindu

(senja di kota Malang, 24 Mei 2016)

Tuesday, March 8, 2016

obrolan mom and son

Sebenarnya saya kurang tertarik untuk ikut membahas tentang LGBT (Lesbian, Gay, Biseks dan Transgender). Namun sebuah pertanyaan menggelitik nurani. karena pernyataan sekaligus pertanyaan dari anak kelas 5 yang notabene adalah anak saya sendiri (usia 11 tahun). Pertanyaan yang membuat saya sejenak tercenung. Betapa informasi tentang LGBT begitu terekspose sekali sehingga dengan mudahnya sampai ke telinga anak-anak. Pertanyaan yang terkesan sepele "bunda, di Amerika dan Australia laki-laki boleh menikah dengan laki-laki ya?"
Tapi ini membutuhkan jawaban panjang lebar bukan sekedar YA atau TIDAK.
Baiklah saya disini tidak akan membahas LGBT, karena sudah banyak sekali yang membahasnya. Kembali ke pertanyaan diatas. Saya tidak langsung menjawabnya, tetapi balik bertanya. "Menurut Mas bagaimana? Bolehkah?" Spontan dia menjawab"Tidak boleh bunda...! Laki-laki menikah dengan perempuan."
Setidaknya saya lega dengan cara pandangnya, jawaban inilah yang akan menghantarkan saya pada penjelasan dan pemahaman apa itu hidup. Akhirnya sore itu kami diskusikan tentang apa itu LGBT, penyakit sosial, kelainan jiwa, gangguan psikologis. Tentu dengan bahasa yang dapat diterima oleh anak seusia dia. Dan akhirnya saya mengetahui betapa pengetahuan anak seusia dia (anakku) sudah begitu luasnya. Karena di tahu saya lulusan Psikologi dia mengajukan pertanyaan yang banyak tentang kepribadian ganda, psichozophrenia, apa itu gangguan jiwa, ganggua psikologis dan bahkan saya yang tak kalah kagetnya ketika dia mengajukan pertanyaan dengan istilah ilmu psikologi, "apa itu obsesive compulsive disorder?
Saya terheran-heran sebagai orang tua kemana saja saya selama ini, sampai tidak tahu perkembangan anak yang begitu dahsyat. Ya, karena suatu sebab memaksa kami terpisah untuk sementara memang membuat anak-anak menjadi lebih mandiri dan matang dengan anak seusianya. Meskipun secara berpikir dia masih tampak kekanak-kanakan akan tetapi dari segi pengetahuan seperti sebuah buku novel.
Satu hal yang membuat saya senang adalah ketika anak mau mendiskusikan hal-hal yang dia tidak pahami ke orang tua. Dia mau terbuka tentang pengetahuan yang memang ia ingin ketahui dan mencari jawaban ke orang yang tepat. Saya membayangkan bagaimana seandainya dia menanyakan ke saya atau ke siapapun yang tepat, tapi mencari tahu jawaban ke orang yang tidak tepat atau bahkan mencari jawaban sendiri tanpa mendapatkan bimbingan.
So, sebagai orang tua kita memang harus cerdas. memposisikan sebagai orang tua, teman, tempat curhat, tempat cerita, tempat anak mengadu dan tempat anak menimba ilmu. Sekaligus tempat memupuk religiusitas. Karena anak-anak semakin kritis. saat pertanyaan diajukan maka kita harus siap dengan jawaban yang sesuai dengan tingkat pemahaman anak.
And then, anak-anak kita dibentuk bukanlah karena apa mau kita, tapi apa yang emang pas buat anak. anak merasa nyaman dan tidak keluar jalur. pendidikan agama menjadi satu cara terbaik untuk membentuk anak-anak menjadi pribadi yang baik. Kita para orang tua menjadi garda terdepan, jangan terlalu cepat menyimpulkan lingkungan menjadi penyebab setiap kesalahan dari anak.
Pesan yang ingin saya sampaikan dari cerita diatas adalah, kenalilah anak kita dan ajaklah berkomunikasi yang aktif. Komunikasi dua arah yang akan menjadikan kita dekat dengan anak-anak kita. Sedikit waktu bila kita memberikan dengan kualitas yang bagus akan membuat anak dekat dengan kita.
Pada akhirnya, bahagialah dengan anak-anak kita titipan yang kuasa. Karena tidak semua orang mendapatkan anugrah seperti kita. Salam..


Tuesday, January 12, 2016

Usia Kronologis vs Usia Mental?

You never know how strong you are until being strong is the ONLY option you have left"
(Anda tidak pernah tahu seberapa kuat diri Anda sampai SATU-SATUnya pilihan tersisa yang Anda miliki adalah menjadi kuat)

ketika menjadi dewasa adalah sebuah pilihan, dan menjadi tua adalah sebuah kepastian. 
sering kita melihat betapa orang kadang tidak mencerminkan usia sebenarnya. terkadang ada orang yang masih muda akan tetapi memiliki cara berfikir, sikap dan perilaku lebih dewasa dari umurnya, sebaliknya kadang kita melihat orang yang sudah dewasa (kalau tidak mau dikatakan muda) akan tetapi memiliki cara berfikir, sikap dan perilaku yang masih kekanak-kanakan. lalu pertanyaannnya adalah "Why?"
usia kronologis merupakan usia seseorang yang dimulai dari saat kelahiran sampai dengan waktu penghitungan.inilah patokan umum usia seseorang.jika anak ditanya berapa usisnya? usia kronologislah jawabannya, misalnya 6 tahun. usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. misalnya anak usia 7 tahun bicaranya belum lancar seperti anak usia 3 tahun, berarti usia mentalnya 3 tahun.
dalam mendidik anak usia kronologis maupun mental perlu diperhatikan. untuk mengetahui apakah perkembangan fisik maupun mentalnya berjalan normal atau tidak.jika terjadi keterlambatan maka akan segera diketahui dan segera dicarikan solusinya. demikian juga bila anak mengalami percepatan perkembangan orang tua bisa melakukan simulasi dan arahan yang tepat. hal ini harus diperhatikan agar tumbuh kembang anak dapat berjalan secara optimal, dan untuk mengatasi gangguan perkembangan sedini mungkin. 
usia mental bisa maju mundur dari usia kronologis. hal ini sifatnya individua,l masing-masing individu berbeda. penyebabnya bisa dari faktor genetik maupun faktor gizi (sejak dari kandungan). hal lain yang berpengaruh adalah pola asuh. anak yang sejak kecil terbiasa diberi kesempatan mengemukakan pendapat, dihargai setiap usahanya dalam belajar sesuatu, akan membuat anak belajar lebih giat. saat masih bayi jika distimulus diajak komunikasi sejak dari kandungan akan berkembang dengan baik kemampuan verbalnya. 
jadi, hal ini tidak hanya terlihat pada anak-anak. pada orang dewasa pun sama. coba tengok, kadang kita lihat sendiri orang yang sudah dewasa (tua) secara usia kronologis akan tetapi bertindak kekanak-kanakan, hal ini bukan tidak mungkin secara usi mental memang masih kanak-kanak. usia mental pun berhubungan dengan kecerdasan. orang yang mampu berfikir tentang makna dan hakikat hidup secara mendalam dapat dikatakan orang tersebut cerdas dan memiliki usia mental yang tinggi. orang dengan usia mental tinggi, tidak mudah menyerah meski mengalami banyak kesukaran. dan akan berusaha melewati "badai yang menghadang". berbeda dengan yang usia mentalnya rendah cenderung mudah marah, depresi dan putus asa dan kurang mampu menguasai emosinya.
mereka yang berbeda secara usia mental akan berbeda cara memandang suatu 'masalah'dan cara "memperjuangkan sesuatu". 
.......so, tetap semangat!!! keep spirit and Ganbatte!!!