Monday, September 26, 2016

Bijak dalam ber "televisi"

Dewasa ini tayangan TV menjadi sebuah 'kebutuhan' bagi sebagian besar masyarakat. Baik tua muda maupun anak-anak. Stasiun TV berlomba-lomba menampilkan acara dengan berbagai nuansa dan segmen pasar. Ada sinetron remaja yang membidik penonton remaja, tayangan reality show, idola-idolaan, tidak hanya idola muda sekarang pun ada tayangan yang digemari generasi tahun 80an seperti tayangan hiburan lagu-lagu kenangan. Anak-anak pun tak luput dari sasaran produsen agar menajdi penggemar setia TV bahkan sekarang ada yang mengklaim bahwa tontonan tertentu bagus untuk perkembangan balita, tapi benarkah kita sebagai penikmat TV sudah cerdas untuk melihat tontonan TV, ataukah kita sudah tepat memberikan waktu buat anak-anak untuk bebas menonton tanpa pengawasan dari orang tua?
Kalau pikir perlulah kita sebagai orang tua harus cerdas untuk memberikan tontonan yang tepat buat anak-anak kita. banyaknya program-program TV yang kurang berpihak buat anak yang membuat kita harus lebih hati-hati dalam memberikan kebebasan bagi anak-anak. sudah saatnya kita selektif dalam memilih acara maupun menentukan waktu kapan yang tepat untuk menonton acara tersebut. Lalu bagaimana kita sebagai orang tua bisa menjadi filter buat anak-anak dalam menentukan tontonan di TV?

Pentingnya membuat kesepakatan waktu dengan anak kapan harus menonton
Suatu ketika mungkin kita terlena dengan batasan waktu dalam menonton. Dengan alasan agar anak tidak rewel TV lah yang kita jadikan pengasuh ideal buat  mereka. Akhirnya anak menjadi tergantung dengan tontonan yang ada TV. So sudah saatnya orang tua memberikan batasan waktu buat mereka. ada baiknya untuk anak balita tidak terlalu sering diajak nonton TV (terkadang malah dihibur dengan tontonan sinetron kesenangan ortunya). jika sejak kecil mereka tidak dibiasakan, dengan sendirinya mereka akan menyesuaikan diri. atau bagi mereka yang sudah bersekolah (semisal SD) buat kesepakatan yang jelas kapan waktu menonton, tentunya yang tidak merugikan waktu belajar anak. INGAT dalam hal ini ortu masih punya otoritas untuk melarang anak-anak jika si anak sudah melebihi batas waktu kesepakatan. Misal dalam sehari menonton hanya selama 2-3 jam hari libur bebas asal tontonan yang sesuai dengan usianya. Beberapa yang lain membuat aturan Senin-Kamis libur total dengan tayangan TV, tapi memberi kesempatan pada hari Jumat-Minggu dan hari libur lainnya.

Orang tua itu model buat anak-anaknya, lho!
Hmmm....saat anak-anak sudah patuh dengan aturan jangan sampai justru orang tua yang melanggarnya. anak-anak sekarang adalah anak-anak yang kritis. Jangan sampai sebagai orangtua kita malah yang 'ditegur' anak berkaitan dengan kesepakatan yang telah dibuat. Disaat anak-anak disuruh belajar ada baiknya kalau kita menemani belajar, bukan malah ditinggal melihat tayangan TV dengan alasan "tanggung, acara lagi seru-serunya" alhasil anak hanya akan melihat tidak konsistennya orang tuanya. Dan bisa mungkin itu akan dijadikan senjata dia disaat si anak melanggar kesepakatan

Selektif dalam memilih program acara
Kalau acara tersebut memang harus dengan bimbingan orang tua (BO) yaa...selayaknya kita mendampinginya. Tidak ada salahnya orangtua belajar lagi mana tayangan yang sesuai umur dan yang bukan. Misal, meskipun tayangan itu bentuknya kartun, akan tetapi tidak semua kartun dibuat untuk usia anak-anak. Disitu biasanya akan tertulis untuk usia berapa. Sebagai contoh tayangan kartun Crayon Sinchan diberikan untuk usia 13 tahun ke atas yaa...ya kasih tahu anak untuk melihat tayangan lainnya yang pas buat mereka. Beberapa acara TV sudah cukup bersahabat buat anak-anak semisal si Bolang. Sementara sebagian besar dari kita beranggapan film kartun ya buat anak-anak.

Luangkan waktu melihat tayangan TV bersama keluarga
Lebih asyik lagi kalau kita bisa melihat peogram acara yang sifatnya umum bisa ditonton semua umur. Misalnya program olahraga, sejarah, petualangan ataupun film anak-anak dll. Disamping untuk mengakrabkan masing-masing anggota keluarga bisa menjadi ajang tanya jawab anak dengan ortu. Ortu bisa sekalian menjelaskan hal-hal yang anak-anak belum paham, atau sebaliknya anak-anak mampu menunjukkkan kemampuan mengambil makna sebuah tontonan kepada aorang tuanya. Sehingga ortu jadi tahu respon anak terhadap sebuah tayangan.

Jadikan TV sebagai media pembelajaran yang tepat 
Beberapa program TV mengajarkan hal-hal baru yang terkadang anak belum mengetahui di dunia realita. Misalnya seperti tayangan tentang petualangan, orang tua bisa mengajak anak menjadikan program tersebut untuk mengenalkan anak suatu tempat, dan saat ada waktu direalisasikan dalam pengalaman yang sebenarnya. Misalnya tayangan tentang pengenalan pantai disuatu tempat, bolehlah orang tua kemudian mengajak anak-anak ke lokasi yang sesungguhnya.

Kenalkan hal-hal lain yang menarik selain TV
Untuk mengurangi ketergantungan anak pada TV ada baiknya orang tua mengenalkan kegiatan lainnya. Misalnya mengenalkan permainan tradisional pada anak, mengajak berolahraga bersama meski cuma dihalaman rumah, sediakan buku-buku yang bagus, atau ajak anak dengan kegiatan baru yang menyenangkan. boleh dicoba seperti camping, hiking, mengunjungi panti asuhan, panti jompo atau sekedar melihat kereta lewat. Dan masih banyak lagi alternatif lain selain tontonan TV.

Tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya hanya duduk manis didepan TV. Yang diinginkan pasti anak yang ceria dengan segala pengalaman dan pengetahuan sesuai dengan kapasitas anak-anak. Sudah waktunya kita tidak menutup mata dengan pandai-pandai menyeleksi tontonan buat anak dan gunakan waktu seefektif mungkin untuk perkembangan anak. Bijklah dalam menentukan tontonan pada anak dan pilihlah waktu yang tepat sehingga ank tidak kehilangan masa-masa keemasan mereka. Biarkan mereka berkembang sesuai dengan usianya.

Mancing merupakan satu pilihan yang cukup menyenangkan...kan?                      
                                                     Sebait lagu pun bisa membuat anak-anak ceria, gembira bersama dan selalu kompak dengan saudara. Benarkan....?