Aku menulis ini dengan derai air mata, merasakan betapa rindunya aku pada buah hatiku yang nun jauh ku tinggal di sana. Di kota tercintaku, Yogyakarta. Yang kutinggalkan demi sejumput asa, di kota yang tak lagi dingin, Malang. Si kecilku yang saat ini tengah berusia 2 tahun 10 bulan, tengah menggemaskan selau menggelitik dengan celoteh khasnya. Dengan bahasa Jawa campur bahasa Indonesia kadang diselingi dengan sekelumit bahasa inggris dalam tutur katanya. Dalam setiap telfonnya selalu tak lupa menyelipkan kata "ayo..jemput Bunda". atau saat menyadari bahwa bundanya takkan pulang pada malam itu, dia akan berkata dengan bahasa yg khas ".Fikey antuk, Bunda pulang sendiri.". Ah ..rindu mendayu yang tak kuasa ku rayu.
Di usianya yang sedang membangun kisah cerita, menunggu dengan haru setiap detik waktu yang tak mau tahu. Dengan polosnya berbicara "Mas Bintang sekolah (kakaknya), Fikey sekolah (dia menyebut dirinya), Bunda juga sekolah...." Sontak jiwaku terpana, hatiku terjerembab, begitu polos dan penuh maknanya. Celoteh si buah hati yang dituntut untuk mandiri tanpa disadari sebelum usianya terbentuk. Berangkat tidur tanpa disuruh, gosok gigi meski kadang dengan sedikit rengutannya, mandi jika sudah merasa gerah dan minta makan dikala lapar tanpa ada rengekan. Ah..rinduku di pucuk pinus semakin memberangus.
Banyak moment yang terlewatkan, yang hanya ku dengar lewat cerita. Puluhan buku telah dia lalap habis sekedar dibuka-buka, dikomentari, dibacakan sampai tidak berbentuk. Bagaimana dengan asyiknya dia nongkrong di rak buku paling atas tanpa ada orang tahu bagaimana dia bisa sampai di rak tertinggi, sampai-sampai kakaknya teriak ketakutan melihat aksi Fikey yang tanpa takut asyik membuka buku. Kadang satu persatu buku dilempar ke lantai sambil tertawa, mendengar debugan buku yang keras dengan suara yang berbeda tergantung tebal tipisnya buku. Atau sekali waktu dia akan mengeluarkan seluruh koleksi buku, dan tertawa melihat buku (novel) yang tidak bergambar. Bagi Fikey buku yang tak bergambar dianggap sangat lucu. Aneh....kenapa buku tidak ada gambarnya. Atau sekali waktu karena belum bisa baca dia akan meminta dibacakan buku dengan bahasa jawa yang medok "Mas...bacake to..dedek ora iso je.."
Hal lainnya, Fikey suka sekali hal yang berhubungan dengan ikan. baik gambar ikan, menggambar ikan, makan ikan ataupun mancing ikan. Kesukaannya itu sering sekali di jadikan agenda merajuk, jika bosan dengan makanan yang disediakan (ah..maaf Nak, andai aku bisa selalu menemanimu). Mancing. Dia akan mengajak mancing di kolam belakang rumah, ikan sesuai requestnya, kadan "iwak cilik-cilik" atau kadang "gerameh gede". So far, permintaannya tidak ada yang aneh-aneh.
Berkaitan dengan menggambar ikan, tidak cukup lembaran buku dia jadikan media, tembok, lantai atau tempat kososng yang bisa dijadikan media pun tak kan lepas dari aksi corat-coretnya. Karena sejak bayi sudah sering ku ajak ke PAUD maka Fikey pun akhirnya masuk jadi anak didik di sana. But, meski seminggu masuk 3x, tak jarang dia hanya masuk sekali dalam seminggu, dengan alasan "dedek antuk, mau bobok" atau "dedek mau belajar di rumah" haha...benar-benar masih anak-anak. dan, it's oke tak ada yang melarang. begitulah anak-anak.
Fikey, Bintang
tetap jadi permata bagiku, bila kadang waktu terpisah oleh jarak, cinta tetap mempersatukan, hati tetap bicara, dan itu hanya sementara.
Banyak orang memandang betapa mandirinya, betapa lucunya, betapa tidak rewelnya. Ah....dia tetap anak-anak, yang akan menangis bila hatinya teriris, yang akan tergugu bila merasa sendu, yang akan terluka bila merana. Namun...dia akan terbahak bila Bundanya datang. Dia akan girang bila mendapat kasih sayang. Bila ingin menangis, biarkan menangis, bila ingin tertawa biarkan tertawa, bila ingin merajuk beri sedikit kelonggaran biar bisa bermanja, itulah anak-anak. Biarkan mereka berkembang sesuai dengan usinya.....
Hari ini aku menulis, aku merindu, aku terharu. Terima kasih untuk selalu menunggu tanpa jemu, menerima dengan lapang dada setiap keadaan, menawarkan semangat tiada tara, tanpa harus kehilangan masa kanak-kanakmu. Tetap berkembang sesuai dengan usia...
(Malang, 23.45, 29 Mei 2016)
Sunday, May 29, 2016
Friday, May 27, 2016
D E A R
Dear...
Setiap
malam mulai mendekap diriku, tak pernah aku berhenti dikejar dirimu dalam alam
fantasiku. Sungguh... aku tak tahu mengapa mimpi itu selalu mendera diriku,
sepertinya aku berjalan diatas mimpi yang tak pernah aku tahu apa penyebabnya.
Kadang, aku begitu merindukan bayangmu, kadang aku membencinya, kadang aku
merasa terganggu, kadang pula aku merasa tertolong oleh fantasi itu. Aku tak
sempat lagi mendefinisikan apa dan bagaimana bisa terjadi, semua mengalir
begitu saja. Seakan tak pernah memberi kesempatan padaku untuk berfikir. Apa
sebenarnya yang Tuhan kehendaki, sedang bercandakah Tuhan dengan aku, atau
sedang iseng, ataukah Tuhan sentimen dengan aku. Ah...sungguh maha rahasia
Tuhan itu.
Dear...
Pernah,
engkau yang hadir dalam mimpi-mimpi itu menghadirkan asa, pernah juga dia
memberikan peringatan, dan kadang bercerita tentang sesuatu yang tak pernah ku
mengerti. Senyum santunmu pun kadang mengganggu ketegaranku. Aku juga tak
pernah tahu mengapa angkau seperti sanggup membawa aku meniti hari-hari yang
nampak gelap didepanku. Seakan engkau membuka jalan, memberikan sinar yang
sanggup menjadi lilin dalam kegelapan.
Dear....
Aku
ingin tahu, pernahkah dia yang datang dalam alam fantasiku memimpikan hal yang
sama? Sungguh aku ingin tahu.
Dear...
Aku
tak tahu apakah malam ini engkau akan hadir kembali dalam alam fantasiku atau
tidak. Yang jelas kehadiranmu cukup membuat aku semakin jauh terseret dalam
alam fatamorgana. Tragis memang. Tapi aku tak tahu lagi bagaimana diri ini
harus melangkah. Melewati lorong panjang yang penuh misteri. Engkau seperti
membayangi setiap langkahku, dan aku dipaksa untuk melewatinya. Pernahkah
engkau berfikir bahwa itu teramat mempengaruhi alam fikiranku? Sengajakah
engkau melakukan ini. Ironis...
Dear....
Apa
sebenarnya yang kau mau dari aku? Sebuah kejujurankah ataukah sebuah
kemunafikan. Malam ini engkau datang, kemarin engkau muncul, dulupun kau muncul akankah
lusa engkau muncul juga? Apakah kau akan hanya membuai aku dalam setiap mimpi
yang tak pernah kutahu apa penyebabnya.
Dear...
Mengapa
engkau hanya berani muncul dalam setiap lelapku, tak beranikah
kau muncul dalam sinar matahari yang terang, atau kau (malu) enggan mengakuinya. Sebegitu
pengecutnyakah engkau, sehingga engkau sembunyikan dirimu dalam pekatnya malam.
Atau sengajakah engkau menutupi kata hatimu yang tak pernah berani mengakui
sebuah kejujuran hati nurani. Begitu teganya engkau menyiksa aku dan begitu tak
berperasaannnya engkau pada dirimu sendiri.
Dear...
Aku
benar-benar gila dengan keadaan ini. Aku nggak tahu apa yang terjadi, yang
jelas mimpi itu hadir seperti dikendalikan. Irrasional tapi memang ada. Gila
tapi kenyataan. Aneh. Seaneh orang-orang yang berada didekatku yang selalu
mengajak aku berfikir menatap masa depan dan mengusik masa lalu.
Dear....
Tunjukkan
dirimu dalam alam nyata bukan hanya mimpi.
Dear....
Berjuta-juta
kata yang kembali kutulis mewakili kegagalanku menyapa mimpiku. Mimpi yang tak
kutahu apa makna yang terkandung didalamnya. Mimpi yang telah mengkristal
menjadi untaian nada yang menemani setiap lelapku. Duh...engkau yang selalu
berfantasi dalam lukisan tanpa lorong, sempurnakanlah impian itu dalam
realitamu.
Dear....
Nada-nada
sumbang mewakili jeritan hatiku, yang mengadu dengan gemas dan mengeluh tanpa
santun. Kadang aku tergoda untuk turun meramaikan alam fantasi itu sendiri,
tapi sanggupkah aku berjalan dengan pongah dan angkuh. Sedangkan yang menyapaku
dalam lelap lebih angkuh dan sombong.apakah ini benar-benar mimpi yang tak
bermakna? Ataukah sinopsis dari sebuah kehidupan yang terkubur dalam dimensi
yang lain. Ataukah seuntai sinar yang tak sengaja turun menyapa aku. Begitu
indahnya rahasia kehidupan ini.
Dear....
Pernah
kunikmati mimpi ini sebagai katarsis dari ketidakmampuan dan kuyakini sebagai
petunjuk tanpa pesan. Aneh memang. Begitu kerdilnyakah aku sehingga terbuai
sesuatu yang penuh teka-teki. Sering juga kuanggap mimpi ini sebagai balasan
kasih Tuhan pada diriku. Dan aku yakin inilah keagungan Tuhan yang tak ada
duanya.
Dear...
Inilah
mimpi kita. Mimpi yang memepertemukan kita dalam dimensi yang lain setelah
kita bertemu dalam dimensi lelap. Kau ada karena mimpi dan mimpi ada karena
engkau.
Dear...
(selayang th 2000, Yogya)
Tuesday, May 24, 2016
Celoteh Senja
Bila senja dalam temaram petang tlah tiba
Berurai air mata camar yang melayang tak tentu arah
Kilatan cahaya berbalik melesat selaksa auriga malam
Tercabik, terkoyak, terhentak, terperanjat dan terkapar tak berdaya,
Bila malam tiba tak disambut bulan merona
Bintang pun enggan berdamai dengan mega yang melayang
Biar saja hujan datang menemani luka
Biar saja hujan beramai dengan tanah yang tak lagi basah
Bila sajar fajar menyambut dengan suka dan tertawa
Embun pagi akan tertawa dan tertawa ceria
Bila saja pagi merekah mentari ronanya
Murai pagi bersiul-siul nan gembira
Selalu
Setiap waktu
Sepanjang masa
Selaksa asa
Matahari tak pernah ingkar janji
Seperti matahari hati menanti
Seperti fajar hasrat berharap
Seperti malam jiwa meratap
Sampai nanti
Di penghujung rindu
(senja di kota Malang, 24 Mei 2016)
Berurai air mata camar yang melayang tak tentu arah
Kilatan cahaya berbalik melesat selaksa auriga malam
Tercabik, terkoyak, terhentak, terperanjat dan terkapar tak berdaya,
Bila malam tiba tak disambut bulan merona
Bintang pun enggan berdamai dengan mega yang melayang
Biar saja hujan datang menemani luka
Biar saja hujan beramai dengan tanah yang tak lagi basah
Bila sajar fajar menyambut dengan suka dan tertawa
Embun pagi akan tertawa dan tertawa ceria
Bila saja pagi merekah mentari ronanya
Murai pagi bersiul-siul nan gembira
Selalu
Setiap waktu
Sepanjang masa
Selaksa asa
Matahari tak pernah ingkar janji
Seperti matahari hati menanti
Seperti fajar hasrat berharap
Seperti malam jiwa meratap
Sampai nanti
Di penghujung rindu
(senja di kota Malang, 24 Mei 2016)
Subscribe to:
Posts (Atom)