Friday, April 26, 2013

untaian kata



Empedu dalam pelukan racun

Bila tanya mampu mengikis terjalnya empedu dalam pelukan racun,
Maka jawaban itu sungguh sebuah bilah pelangi yang menancap tanpa ragu,
Hitam yang tak lagi hitam , putih yang semakin memudar,
Maka auriga yang melesat jauh tetap meninggalkan sisa yang terbakar,
Sedangkan Andromeda kembali bercengkerama dengan galaksi-galaksi,
Pun malam-malam berikutnya,
Ketika anemon-anemon laut bertutur sapa,
Karang bersungut-sungut  tanpa sempat beringsut,
SiaPa yang meninggalkan jejak  dalam hamparan tak terbatas,
Dalam waktu tak berbelas,
Setiap jingkatan ubur-ubur yang membuat sarang dalam hasrat kenyamanan,
Tapi siapa dibalik belukar ganggang yang mengintip sedih?
Sungguh,
Jawab itu belum mampu mengikis empedu dalam pelukan racun.

Medio 25 April 2013

Wednesday, April 17, 2013

puisi


Teka-teki rumput teki

Rumput teki hijau mendongak penuh tanya,
Bergerumut dengan bunga merah yang terbakar panasnya matahari,
Meraih mimpi dalam luasnya padang yang berteman dengan ilalang,
Semburat kecewa terlukis dalam rentangnya akar yang terjulur,
Mana jawab yang harus dihimpun dalam setiap jemari jarum?
Ada kala rumput teki tergoyang angin yang melintas gemas,
Meliukkan tubuh mungil dalam setiap hempasannya,
Bertahan dalam hujatan, cacian, cibiran dan terpaan fatamorgana,
Bergelung kusut debu yang mengacau dengan risau,
Mana jawab yang harus dihimpun dalam setiap jemari jarum,
Rumput teki itu kembali mengeluh sendu,
Memberikan jiwanya dalam hamparan tanah luas,
Berkawan dengan duri mawar yang tak berperasaan,
Memberikan lembut tubuhnya dalam sekawanan belalang,
Teka-teki rumput teki tak terjawab dengan pasti.

Sunday, April 14, 2013

puisi


Tahajud

Meloncat melewati lorong waktu,
Dini hari yang sepi dan kosong,
Mengurai rahasia malam pekat,
Titik air masih menetes,
Pada wajah yang makin bersinar,
Bersimpuh engkau tanpa ragu,
Adukan kegalauan hatimu,
Rasakan bahagia dan derita,
Sendiri sunyi dan dingin,
Di atas sajadah rendezvous berdua.


Medio, 19 feb 01

Friday, April 12, 2013

next


Engkau

Engkau telah terpenjara dalam derunya kehidupan,
Sementara sisa kearifanmu telah melebur dalam sesaknya dunia,
Terkoyak dalam padang tundra yang rapuh,
Terkikis dari bebatuan yang  terpalu angkuhnya perkakas,
Engkau telah terkubur dalam ribuan masa,
Menggerogoti setiap tulang yang terbelah,
Melewati pedati yang tak lagi punya tempat,
Melepas rasa yang  tak ada di jiwa,

Engkau terperangkap dalam gelapnya mega,
Melintas batas savana kering kerontang,
Tak lagi ada badai yang ditepis,
Karena semua telah tercerai kabut bergelung kalut,
Engkau telah tertelan riuhnya kemunafikan,
Yang menjalar bagai akar keangkaraan,
Engkau yang telah tercerabut dari akar jiwamu,
Mengertilah.....

Saturday, April 6, 2013

mahameru



Mahameru

Angkuh tegak berdiri kokoh,
Melintas batas menembus waktu,
Melessakkan gumpalan keegoisan dan keberbagian,
Melenyapkan ketakberdayaan,
Melayangkan harapan dan cinta,
Cinta padamu semesta,
Berpuluh-puluh kali,
Kau muntahkan sesak dijiwamu,
Untuk kepedihan ataukah kemakmuran?
Untuk keyakinan ataukah keajaiban?
Untuk ketakberdayaan ataukah kebahagiaan
Mahameru,
Sejuta misteri selalu kau kandung sendiri,
Dalam sunyinya cemara yang tersisih,
Dalam harumnya edelweis yang tak pernah menangis,
Dalam luasnya savana melintas,
Dalam derunya pasir yang berbisik.

Tuesday, April 2, 2013

when


Gulana di senja itu


Deburan ombak menghantam karang yang terjal,
Cericit burung manyar membuyarkan lamunan,
Sesak terasa hati karena tikaman perasaan,
Mata itu mencabik irisan hati yang nestapa.


Redup sudah lilin yang menyala terang,
Seterang harapan yang takkan lagi tercerita,
Sudah itu debu berlari berkejaran tak tentu arah,
Membawa luka menganga tak tertawarkan.


Kembali burung manyar membuyarkan angan,
Mengepakkan sayap mengorbit ke angkasa,
Melintasi senja dalam bayang-bayang,
Sudah itu tenggelam dalam petangnya senja.


Jiwa itu sudah tersapu,
Jauh ...jauh...jauh...
Pada  sudut lautan biru,
pada lembah tak berujung,
Pada senja yang menggantung.