Friday, May 27, 2016

D E A R





Dear...
Setiap malam mulai mendekap diriku, tak pernah aku berhenti dikejar dirimu dalam alam fantasiku. Sungguh... aku tak tahu mengapa mimpi itu selalu mendera diriku, sepertinya aku berjalan diatas mimpi yang tak pernah aku tahu apa penyebabnya. Kadang, aku begitu merindukan bayangmu, kadang aku membencinya, kadang aku merasa terganggu, kadang pula aku merasa tertolong oleh fantasi itu. Aku tak sempat lagi mendefinisikan apa dan bagaimana bisa terjadi, semua mengalir begitu saja. Seakan tak pernah memberi kesempatan padaku untuk berfikir. Apa sebenarnya yang Tuhan kehendaki, sedang bercandakah Tuhan dengan aku, atau sedang iseng, ataukah Tuhan sentimen dengan aku. Ah...sungguh maha rahasia Tuhan itu.

Dear...
Pernah, engkau yang hadir dalam mimpi-mimpi itu menghadirkan asa, pernah juga dia memberikan peringatan, dan kadang bercerita tentang sesuatu yang tak pernah ku mengerti. Senyum santunmu pun kadang mengganggu ketegaranku. Aku juga tak pernah tahu mengapa angkau seperti sanggup membawa aku meniti hari-hari yang nampak gelap didepanku. Seakan engkau membuka jalan, memberikan sinar yang sanggup menjadi lilin dalam kegelapan.

Dear....
Aku ingin tahu, pernahkah dia yang datang dalam alam fantasiku memimpikan hal yang sama? Sungguh aku ingin tahu.

Dear...
Aku tak tahu apakah malam ini engkau akan hadir kembali dalam alam fantasiku atau tidak. Yang jelas kehadiranmu cukup membuat aku semakin jauh terseret dalam alam fatamorgana. Tragis memang. Tapi aku tak tahu lagi bagaimana diri ini harus melangkah. Melewati lorong panjang yang penuh misteri. Engkau seperti membayangi setiap langkahku, dan aku dipaksa untuk melewatinya. Pernahkah engkau berfikir bahwa itu teramat mempengaruhi alam fikiranku? Sengajakah engkau melakukan ini. Ironis...

Dear....
Apa sebenarnya yang kau mau dari aku? Sebuah kejujurankah ataukah sebuah kemunafikan. Malam ini engkau datang, kemarin engkau muncul, dulupun kau muncul akankah lusa engkau muncul juga? Apakah kau akan hanya membuai aku dalam setiap mimpi yang tak pernah kutahu apa penyebabnya.

Dear...
Mengapa engkau hanya berani muncul dalam setiap lelapku, tak beranikah kau muncul dalam sinar matahari yang terang, atau kau (malu) enggan mengakuinya. Sebegitu pengecutnyakah engkau, sehingga engkau sembunyikan dirimu dalam pekatnya malam. Atau sengajakah engkau menutupi kata hatimu yang tak pernah berani mengakui sebuah kejujuran hati nurani. Begitu teganya engkau menyiksa aku dan begitu tak berperasaannnya engkau pada dirimu sendiri.

Dear...
Aku benar-benar gila dengan keadaan ini. Aku nggak tahu apa yang terjadi, yang jelas mimpi itu hadir seperti dikendalikan. Irrasional tapi memang ada. Gila tapi kenyataan. Aneh. Seaneh orang-orang yang berada didekatku yang selalu mengajak aku berfikir menatap masa depan dan mengusik masa lalu.

Dear....
Tunjukkan dirimu dalam alam nyata bukan hanya mimpi.

Dear....
Berjuta-juta kata yang kembali kutulis mewakili kegagalanku menyapa mimpiku. Mimpi yang tak kutahu apa makna yang terkandung didalamnya. Mimpi yang telah mengkristal menjadi untaian nada yang menemani setiap lelapku. Duh...engkau yang selalu berfantasi dalam lukisan tanpa lorong, sempurnakanlah impian itu dalam realitamu.

Dear....
Nada-nada sumbang mewakili jeritan hatiku, yang mengadu dengan gemas dan mengeluh tanpa santun. Kadang aku tergoda untuk turun meramaikan alam fantasi itu sendiri, tapi sanggupkah aku berjalan dengan pongah dan angkuh. Sedangkan yang menyapaku dalam lelap lebih angkuh dan sombong.apakah ini benar-benar mimpi yang tak bermakna? Ataukah sinopsis dari sebuah kehidupan yang terkubur dalam dimensi yang lain. Ataukah seuntai sinar yang tak sengaja turun menyapa aku. Begitu indahnya rahasia kehidupan ini.

Dear....
Pernah kunikmati mimpi ini sebagai katarsis dari ketidakmampuan dan kuyakini sebagai petunjuk tanpa pesan. Aneh memang. Begitu kerdilnyakah aku sehingga terbuai sesuatu yang penuh teka-teki. Sering juga kuanggap mimpi ini sebagai balasan kasih Tuhan pada diriku. Dan aku yakin inilah keagungan Tuhan yang tak ada duanya.

Dear...
Inilah mimpi kita. Mimpi yang memepertemukan kita dalam dimensi yang lain setelah kita bertemu dalam dimensi lelap. Kau ada karena mimpi dan mimpi ada karena engkau.

Dear...

(selayang th 2000, Yogya)

No comments:

Post a Comment